Selamatkan Kiluan..!

Bersatulah.com - KEKAYAAN keanekaragaman hayati mungkin akan tinggal cerita di republik ini. Status sebagai negara megabiodiversitas hayati kelak cuma jadi kenangan, terkubur dalam ingatan masa lalu dan catatan sejarah, lantaran perilaku buruk manusianya yang tak kunjung becus menjaga alam.

Selamatkan Kiluan

Ketidakbecusan itu akan jelas terlihat jika kita melongok data lembaga konservasi dunia internasional, Union for Conservation of Nature. Setidaknya ada 147 spesies mamalia, 114 spesies burung, 28 spesies reptil, 91 spesies ikan, dan 28 spesies invertebrata di Indonesia yang masuk daftar terancam punah.
Daftar itu kelak akan menjadi semakin panjang jika konservasi tak juga dianggap hal yang penting bagi bangsa ini. Bisa jadi pada masa mendatang julukan negara kaya hayati berganti menjadi pemusnah flora fauna terbesar dunia lantaran tingginya kematian satwa di Indonesia.

Sesungguhnya, kendali hukum atas persoalan ini sudah ada. Salah satunya UU No. 5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Sayang, penerapannya masih jauh panggang dari api. Penyelamatan alam bahkan kerap dianggap menghalangi upaya mengundang investasi di negeri ini.

Lihat saja kerusakan hutan yang mencapai 3,5 juta hektare. Keberadaan satwa pun tidak kalah menyedihkan. Gajah sumatera, yang pada 2007 jumlahnya sudah kurang dari 3.000 ekor, terus dibunuh demi gadingnya. Di Lampung, keberadaan penyu hijau (Chelonia mydas) di zona Teluk Kiluan, Pekon Kiluannegeri, Kelumbayan, Tanggamus, telah raib sejak 2005 silam.

Bahkan kini populasi lumba-lumba (Dholpinidae) di lokasi yang sama juga makin terusik. Sebab, teranyar adalah maraknya pembuangan limbah sisa usaha pengawetan ubur-ubur yang dibuang begitu saja ke wilayah yang selama ini menjadi in situ salah satu mamalia langka dan dilindungi itu. Penjaga Teluk Kilauan mengatakan empat perusahaan pengawetan ubur-ubur yang diduga milik pengusaha dari Jakarta dan Surabaya telah beroperasi sejak setengah bulan ini.

Para pengusaha itu menyewa lahan milik warga setempat untuk usaha pengolahan ubur-ubur. Untuk mengawetkan ubur-ubur, para pengumpul dan pekerja perusahaan menggunakan garam dan tawas. Mereka hanya mengambil kepala ubur-ubur, bagian yang lain dibuang hingga mengotori perairan Teluk Kiluan lantas menebar aroma busuk.

Kondisi ini tak hanya mengusik kenyamanan warga, tapi juga menjadi ancaman serius ekowisata yang telah lama berkembang di sana. Bahkan, yang lebih penting lagi dari itu semua adalah terancamnya keseimbangan ekosistem flora-fauna yang ada di area tersebut. Jika satu atau beberapa rantai ekosistem terdampak, akan rusaklah ekosistem Teluk Kiluan secara keseluruhan.

Segala upaya warga dan pegiat ekowisata menjaga serta melestarikan kekayaan hayati di Teluk Kiluan patutlah kita dukung. Pemerintah daerah terkait pun harus bertindak cepat dalam menanggapi laporan warganya. Aparat berwenang kiranya juga perlu dilibatkan untuk menginvestigasi hal tersebut.
Bersikap lambat dalam menyikapi persoalan ini justru akan menjadi bumerang dan sesal pada kemudian hari. Karena jelas, keasrian alamlah yang telah menjadi pilar utama penopang bisnis pariwisata daerah ini. 

(Sumber : Lampost.co)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Selamatkan Kiluan..!"

Posting Komentar